Suatu hari di liburan
musim panas 1880, aku dan saudaraku pergi ke sebuah peternakan di Kota
Birmingham untuk berkunjung setelah beberapa bulan tidak mengunjungi peternakan
itu. Setelah sampai disana kami disambut oleh paman Jacob pengurus dan pemilik
perternakan itu, kami diajak untuk makan siang di rumahnya, kami berniat untuk
menginap di rumah paman kami itu selama 2 minggu.
Keesokan harinya kami diminta
tolong oleh paman kami untuk memberi makan hewan-hewan yang ada dipeternakan
pamanku, dengan senang hati kami pun menerima permintaan tersebut,”Wah, kambing
ini bulunya lebat sekali!” seru saudaraku “Mark itu bukan kambing, tapi itu
biri-biri.” kata pamanku, di dalam kandang itu terdapat banyak sekali hewan
yaitu, 8 ekor biri-biri, 6 ekor babi, 6 ekor sapi, 4 ekor kuda, 15 ekor ayam,
dan 16 ekor bebek. Kami segera memberi makan, minum dan memandikan hewan-hewan
tersebut.
Setelah selesai,kami mandi dan
diajak berkeliling desa untuk menyegarkan badan kami yang telah lelah mengurus
hewan hewan itu.
Seminggu berlalu, kami masih tetap
menjalankan kegiatan kami seperti biasanya, memberi makan dan minum, memandikan
hewan, memancing, berkeliling, memotong rumput dan lain lain.
Keesokan harinya pukul 7 pagi kami
digemparkan oleh kematian bibi Adler di belakang tempat menyimpan hewan
perternakan, “Mengapa ini bisa terjadi?” kata pamanku, “Aku tak tahu, Watson
apa kau tahu?” tanya mark kepadaku, aku hanya menggelengkan kepala, paman ku
segera menelpon polisi, tempat polisi sangat jauh dari rumah pamanku, butuh
kurang lebih 45 sampai 60 menit untuk sampai kerumah pamanku.
Saat pamanku menelpon polisi, aku
melihat bibiku memegang sebuah tapal kuda di tangan kanannya dan di sebelah
kiri ada tulisan T dan arah panah menunjuk ke kanan, dan sebuah pesan di saku
bajunya yang berbunyi
Sekarang bukan Masa lalu, kau harus membayar semua hutangmu, mati atau bayar semua hutangmu, karena kau ini pembuat masalah di desa ini, aku hampir masuk penjara karena mu, tak ingin kau terus menghancurkan hidupku, oleh karena itu, selamat tinggal.
Aku
dan Mark dibuat bingung oleh tapal kuda,
huruf T, arah panah, dan pesan ini,”Mark, apa kau mengerti semua pesan ini?”
tanyaku,”Sama sekali tidak” kami diam sejenak untuk berpikir, “Mark jaga bibi
Adler sampai polisi datang, suruh paman jangan memindahkan bibi karena akan
membuat polisi semakin bingung, dan jangan katakan pada siapapun, aku akan
berkeliling sebentar” kataku dan Mark hanya mengangguk saja.
Aku
berkeliling menuju arah kanan seperti yang ditulis menggunakan darahnya sambil
membawa pesan itu, dan aku melihat 2 rumah mencurigakan, satu dihalamannya
terdapat gantungan tapal kuda dan yang satu toko tempat membeli peralatan kuda
dan terdapat 2 tapal kuda di atas pintu
masuknya, aku melanjutkan perjalananku sambil mencoba memecahkan pesan
tersebut, dengan berbagai cara aku tidak bisa memecahkannya. aku berhenti di
jalan Torso Mobile, aku mempunyai ide lain aku, bergegas menuju rumah dan
mengambil kertas, pensil, dan sejumlah uang.
Aku
kembali kedepan rumah yang terdapat gantungan tapal kuda, aku mengetuk pintu
rumah tersebut dan keluar lelaki yang kuperkirakan umurnya 40 tahun dengan
janggut dan kumis tipis, “Bisakah kau tunjukan kemana arah menuju jalan Torso
Mobile?” tanyaku “Dari sini kau keluar ke arah kanan dan lurus sampai
persimpangan, ambil jalan kiri dan akan ada perempatan dari sana kau belok kiri
dan akan ada tulisan jalan Torso Mobile ke arah kanan.” Katanya “Aku bingung
jalannya terlalu berkelak-kelok, bisa kau tuliskan secara singkat di kertas
ini?” tanyaku, lelaki itu langsung menulis arah jalan tersebut tanpa
mencurigaiku, lelaki itu memberikan kertas itu, “Terimakasih” kataku, aku pun
bergegas pergi dan menuju toko yang menjual peralatan kuda.
Aku
masuk ke dalam toko, “Ada yang bisa saya bantu?” kata pelayan toko, “Aku pesan
1 tapal kuda dan sikat” pelayan toko pun memberiku barang yang kubeli sekaligus
nota pembelian, “Terimakasih” kataku, lalu aku kembali kerumah dan melihat
paman sedang menunggu polisi di dekat istrinya, “Paman tahu tidak siapa pemilik
rumah dengan gantungan tapal kuda?” tanyaku “Itu tuan Terry”
“Kalau pemilik toko peralatan kuda?”
“Itu Tony, memangnya ada apa?
“Tidak paman, tidak ada apa-apa”
jawabku, dan aku langsung masuk ke dalam rumah
Aku mencoba
menyamakan tulisan yang diberikan oleh tuan Terry dan Tony. Beberepa menit
kemudian, datanglah polisi,
“Apa ada tanda tanda sebelum kematian
korban?” tanya seorang polisi berpangkat jenderal
“Tidak ada tuan, kecuali tapal kuda di
tangan kanannya, huruf T dan Arah panah yang menunjuk arah kanan”
“Dokter tolong periksa pukul berapa
kematian korban dan apa sebabnya!” perintah jenderal.
Aku
keluar dari rumah dan memberikan pesan itu kepada polisi itu,
“Aku menemukan pesan ini di saku baju
bibi Adler, aku belum bisa mengerti apa pesan ini, tapi aku berhasil menemukan
orang yang memiliki tulisan sama” Kataku sambil memberikan kertas nota dan
alamat itu
“Terimakasih nak” kata polisi itu sambil
menyuruh bawahan memeriksa surat tersebut
“Apa kamu tahu dimana rumah orang-orang
ini?” tanya polisi tersebut
“Satu di ujung jalan dengan gantungan
tapal kuda di halamannya dan satu lagi toko dengan 2 tapal kuda diatas
pintunya” Jawabku
Polisi itu menyuruh
beberapa bawahannya untuk memanggil orang-orang tersebut, salah seorang bawahan
yang mencoba untuk menyamakan pesan dan tulisan tersebut,
“Jenderal kami telah berhasil
menyamakannya”
“Yang mana yang lebih mirip?”
“Nota ini tuan”
“Siapa penulis nota ini, nak?” tanya
jenderal padaku.
“Tony” jawabku.
“Tony” jawabku.
“Jenderal, kematian korban diperkirakan
kurang lebih 2 jam yang lalu dan penyebabnya adalah tusukan di punggung yang
menembus jantung” kata dokter yang memeriksa kematian bibiku.
“Berarti pukul 6 pagi”
Sesaat kemudian datang dua orang
tersangka.
“Ada apa ini? Mengapa aku dibawa
kemari?” tanya Tony sang pemilik toko.
“Perkenalkan nama kalian,dan melakukan
kegiatan apa saja sekitar jam 6 tadi?”
“Saya Tony, jam 6 tadi saya memang
keluar rumah, tapi saya keluar rumah untuk menyiram tanaman yang ada di depan
rumah!”
“Saya Terry, jam 6 saya keluar rumah
untuk belanja di pasar untuk membeli daging ayam dan ikan.”
Kami
dibuat bingung oleh alasan mereka,
“Watson coba kau lihat ini!” perintah
Mark kepadaku, akupun bergegas menuju ke tempat mark berada,
“Ada apa?”
“Ada apa?”
“Perhatikan baik-baik garis ini, garis
yang hampir terhapus oleh garis lain sehingga tidak jelas”
“Benar juga, Jenderal bisa kau kemari
sebentar!” perintah ku kepada jenderal walaupun agak tidak sopan
“Ada apa?”
“Ada apa?”
“Coba lihat ini, ini bukan arah panah
ada satu garis lagi dan membentuk gambar seperti gantungan”
“Apa maksud dari semua ini?” tanya jenderal
“Apa maksud dari semua ini?” tanya jenderal
“Tapal kuda dan gambar ini mungkin
adalah tapal kuda yang digantung, tepatnya rumah tuan terry, dan huruf T ini
adalah inisial dari tuan Terry.” Kataku menjelaskan.
“Kau hebat juga, siapa nama kalian?”
“Aku Mark”
“Aku Watson”
“Aku Watson”
“Tapi bagaimana cara dia membunuh
korban?” tanya polisi
“Saat dia ke pasar untuk membeli ayam
pasti dia membawa pisau untuk memotong ayamnya karena dia selalu membeli hanya
paha ayam” kata pamanku yang tiba tiba duduk disamping kami.
“Apa pasar disini tidak memiliki pisau?” tanya mark
“Apa pasar disini tidak memiliki pisau?” tanya mark
“Sepertinya, karena disini harus membeli
daging ayam tidak boleh setengah-setengah”
Kami
kembali ke tempat para tersangka yang sedang tegang.
“Apa yang pernah Adler lakukan pada
kalian sampai membuat kalian kesal?”
“Dia pernah berhutang pada ku saat
membeli pakan kuda dan belum dibayar, tapi saya ikhlas karena hanya 2 dollar”
jawab tony.
“Dia pernah merusak pagar saya saat dia mencoba mengendarai kuda miliknya, tapi saya tidak pernah ada rasa untuk balas dendam.” Jawab terry
“Dia pernah merusak pagar saya saat dia mencoba mengendarai kuda miliknya, tapi saya tidak pernah ada rasa untuk balas dendam.” Jawab terry
“Tuan Terry mengapa kau tidak pergi ke
pasar pada pagi hari?” tanyaku.
“Aku pergi ke pasar!”
“Tapi mengapa kau pergi ke rumah kami?”
“Aku tidak pergi kemari pada pagi hari,
aku langsung pergi ke pasar!” bentaknya.
“Tapi mengapa kau meniggalkan pisau
ini?” Mark memperlihatkan pisau yang digagangnya bertulis Terry, afro delington
“Jelas tertulis namamu dan jalan
rumahmu” kataku
Suasana
hening seketika, dan tetesan air mata keluar dari mata terry
“Ya, aku mengakuinya kalian memang anak kecil yang hebat, tadi pagi sebelum ke pasar aku sempat melihat nyonya Adler sedang berjala menuju kandang hewan ternakmu, karena aku sangat benci kepadanya, aku mengikutinya dan langsung membunuhnya saat di menuju halaman belakang menggunakan pisau yang selalu kubawa, dan aku melemparkan pisauku ke semak semak karena pada saat itu matahari sudah hampir terbit, jadi aku langsung pergi ke pasar dan kembali ke rumah hingga akhirnya aku disini”
“Ya, aku mengakuinya kalian memang anak kecil yang hebat, tadi pagi sebelum ke pasar aku sempat melihat nyonya Adler sedang berjala menuju kandang hewan ternakmu, karena aku sangat benci kepadanya, aku mengikutinya dan langsung membunuhnya saat di menuju halaman belakang menggunakan pisau yang selalu kubawa, dan aku melemparkan pisauku ke semak semak karena pada saat itu matahari sudah hampir terbit, jadi aku langsung pergi ke pasar dan kembali ke rumah hingga akhirnya aku disini”
“Kalau begitu kau akan kami bawa untuk
mempertanggung jawabkan perbuatanmu” kata sang Jenderal
“Terimakasih tuan?”
“Jacob” potong pamanku
“Dan juga Watson dan Mark, kalian anak
kecil yang hebat, aku akan memberikan ini sebagai hadiah.” dia memberikan kami
sejumlah uang dari dompetnya.
“Terimakasih” kata kami dan segera
memberi hormat kepada jendral.
Terrypun dimasukan ke
dalam mobil polisi, sedangkan bibi adler sudah dimasukan ke dalam ambulance dan
beberapa menit kemudian mereka sudah hilang dari pandangan kami. Sore harinya
bibi Adler dimakamkan di pemakaman di desa kami dan dihadiri oleh keluargaku
dan warga desa.
Dan waktu kami
liburan habis, kami segera kembali kerumah menggunakan kereta kuda, “Dari mana
kau menemukan pisau itu?” tanyaku
“Di semak-semak”
“Mengapa kau tidak memberikannya padaku
dari awal? Akan menjadi cepat selesai jika kau memberikanku saat kau
menemukannya!”
“Kau tidak memintanya” jawab mark tanpa
ekspresi.
~TAMAT~
0 komentar